MASJID AL-MUSABBIHIN

MASJID AL-MUSABBIHIN
Sumber Dakwah dan Informasi DKM AL-MUSABBIHIN PERUM KOMPAS INDAH TAMBUN
Latest Post

MAKNA SYI'IR TANPO WATON

Written By Rudi Yanto on Kamis, 08 November 2018 | 11/08/2018



Astagfirullah robbal baroya Astagfirulloh minal khotoya
Robbi zidni `ilmannaafii’a Wawaffikni `amalan sholiha
Yaa rosulallah salammun’alaik Yaa rofi’asaaniwaddaaroji
Atfatayaji rotall `aalami Yauhailaljuu diwaalkaromi

Ngawiti ingsun nglaras syi’iran (aku memulai menembangkan syi’ir)
Kelawan muji maring Pengeran (dengan memuji kepada Tuhan)
Kang paring rohmat lan kenikmatan (yang memberi rohmat dan kenikmatan)
Rino wengine tanpo pitungan 2X (siang dan malamnya tanpa terhitung)

Duh bolo konco priyo wanito (wahai para teman pria dan wanita)
Ojo mung ngaji syareat bloko (jangan hanya belajar syari’at saja)
Gur pinter ndongeng nulis lan moco (hanya pandai bicara, menulis dan membaca)
Tembe mburine bakal sengsoro 2X (esok hari bakal sengsara)

Akeh kang apal Qur’an Haditse (banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya)
Seneng ngafirke marang liyane (senang mengkafirkan kepada orang lain)
Kafire dewe dak digatekke (kafirnya sendiri tak dihiraukan)
Yen isih kotor ati akale 2X (jika masih kotor hati dan akalnya)

Gampang kabujuk nafsu angkoro (gampang terbujuk nafsu angkara)
Ing pepaese gebyare ndunyo (dalam hiasan gemerlapnya dunia)
Iri lan meri sugihe tonggo (iri dan dengki kekayaan tetangga)
Mulo atine peteng lan nisto 2X (maka hatinya gelap dan nista)

Ayo sedulur jo nglaleake (ayo saudara jangan melupakan)
Wajibe ngaji sak pranatane (wajibnya mengkaji lengkap dengan aturannya)
Nggo ngandelake iman tauhide (untuk mempertebal iman tauhidnya)
Baguse sangu mulyo matine 2X (bagusnya bekal mulia matinya)

Kang aran sholeh bagus atine (Yang disebut sholeh adalah bagus hatinya)
Kerono mapan seri ngelmune (karena mapan lengkap ilmunya)
Laku thoriqot lan ma’rifate (menjalankan tarekat dan ma’rifatnya)
Ugo haqiqot manjing rasane 2 X (juga hakikat meresap rasanya)

Al Qur’an qodim wahyu minulyo (Al Qur’an qodim wahyu mulia)
Tanpo tinulis biso diwoco (tanpa ditulis bisa dibaca)
Iku wejangan guru waskito (itulah petuah guru mumpuni)
Den tancepake ing jero dodo 2X (ditancapkan di dalam dada)

Kumantil ati lan pikiran (menempel di hati dan pikiran)
Mrasuk ing badan kabeh jeroan (merasuk dalam badan dan seluruh hati)
Mu’jizat Rosul dadi pedoman (mukjizat Rosul(Al-Qur’an)
jadi pedoman)
Minongko dalan manjinge iman 2 X (sebagai sarana jalan masuknya iman)

Kelawan Alloh Kang Moho Suci (Kepada Alloh Yang Maha Suci)
Kudu rangkulan rino lan wengi (harus mendekatkan diri siang dan malam)
Ditirakati diriyadohi (diusahakan dengan sungguh-sungguh secara ihlas)
Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X (dzikir dan suluk jangan sampai lupa)

Uripe ayem rumongso aman (hidupnya tentram merasa aman)
Dununge roso tondo yen iman (mantabnya rasa tandanya beriman)
Sabar narimo najan pas-pasan (sabar menerima meski hidupnya pas-pasan)
Kabeh tinakdir saking Pengeran 2X (semua itu adalah takdir dari Tuhan)

Kelawan konco dulur lan tonggo (terhadap teman, saudara dan tetangga) Kang podho rukun ojo dursilo (yang rukunlah jangan bertengkar)
Iku sunahe Rosul kang mulyo (itu sunnahnya Rosul yang mulia)
Nabi Muhammad panutan kito 2x (Nabi Muhammad tauladan kita)

Ayo nglakoni sakabehane (ayo jalani semuanya)
Alloh kang bakal ngangkat drajate (Allah yang akan mengangkat derajatnya)
Senajan asor toto dhohire (Walaupun rendah tampilan dhohirnya)
Ananging mulyo maqom drajate 2X (namun mulia maqam derajatnya di sisi Allah) 

Lamun palastro ing pungkasane (ketika ajal telah datang di akhir hayatnya)
Ora kesasar roh lan sukmane (tidak tersesat roh dan sukmanya)
Den gadang Alloh swargo manggone (dirindukan Allah surga tempatnya)
Utuh mayite ugo ulese 2X (utuh jasadnya juga kain kafannya).... Yarosulalloh salammun’alaik Yaarofi’asaaniwaddaaroji Atfatayaji rotall `aalami Yauhailaljuu diwaalkaromi

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW , Masjid Al Musabbihin 1440 H


Palembang Sebagai Pusat Keilmuan Islam Nusantara

Written By Rudi Yanto on Rabu, 07 November 2018 | 11/07/2018

Kalau kita membaca karya-karya yang membahas tentang jaringan ulama Nusantara terutama abad ke 18 hingga awal 20 masehi, kita akan menemukan begitu banyak nama ulama Nusantara yang berasal dari Palembang. Tentu hal ini menjadi hal yang menarik untuk disimak, sejauh mana pengaruh para ulama Palembang tersebut terhadap perkembangan keilmuan Islam, terutama ilmu hadits ini. Seperti kita tahu, zaman keemasan jejaring ulama Nusantara, seperti yang disebutkan Prof. Azyumardi Azra dalamdesertasinya, adalah sekitar abad 18 hingga awal abad 20. Sepanjang masa itu, para ulama Nusantara ikut menjadi pioneer ulama di bidang keilmuan masing-masing yang pusatnya berada di Haromain. Dan dalam ilmu hadits, kebanyakan para mualif (pengarang kitab) tidak lupa mengambil sanad dari para ulama Nusantara, terutama ulama Palembang.
Disebutkan dalam Qurrotu ‘Ainil Muhtaj Fi Syarhi Muqaddimati Shohih Al Imam Muslim bin Al Hajaaj karya Syaikh Muhammad bin Ali bin Adam bin Musa Al Ithyubi, bahwa penulis mengambil sanad “Kitab Shohih Muslim” dari beberapa ulama Nusantara terlebih kebanyakan ulama Palembang. Beberapa ulama Palembang tersebut adalah :
  1. Syaikh Muhammad bin Kenan Al Falimbangi, guru dari Syaikh Nawawi bin Umar Al Bantani
  2. Syaikh Abdus Shomad Al Falimbangi, wafat 1203 H/ 1788 M
  3. Syaikh Aqib bin Hasanuddin Al Falimbangi
  4. Syaikh Hasanuddin bin Ja’far Al Falimbangi, murid dari Imam ‘Id bin Ali Al Namrasi Al Mishri (w. 1140 H/ 1727 M), seorang ulama besar abad 12 H/ 18 M
Hal ini menjadi fakta bahwa ulama Nusantara terutama ulama Palembang , sudah berkiprah dan menjadi musnid bertaraf internasional sejak paruh pertama abad ke 12 H atau 18 M.
Ada pula fakta lain merujuk pada riset yang bertajuk Daurun Nisaa’ Fil ‘Inaayati Bis Shohihaini (riwaayat) Minal Quruunir Robii’ Hijri Hattal Quruuni Robi’ ‘Isyril Hijri (Peran Perempuan DalamMelestarikan Kitab Shahih Bukhari-Muslim [Dengan Transmisi] Sejak Abad ke-4 hingga 14 H), karya Shafiyya Idris Fallata dari Universitas Jordan, tahun 2010. Dari riset tersebut ditemukan data penting lainnya, yaitu :
  1. Salah satu dari sedikit ulama perempuan yang disebutkan di buku tersebut (ulama perempuan ahli hadits sepanjang abad ke-4 H sampai 14 H) adalah seorang ulama perempuan asal Nusantara, tepatnya dari Palembang. Ulama perempuan tersebut adalah Syaikhah Fathimah, puteri dari Syaikh ‘Abdus Shamad al-Falambani.
  2. Syaikhah Fathimah adalah satu dari tiga ulama perempuan ahli hadits di abad ke-14 H (19 M). Ketiga ulama perempuan ahli hadits tersebut adalah : Syaikhah Ummatullah binti Abdul Ghani Al Dahlawi (Delhi, India), Syaikhah Fathimah binti Abdus Shamad Al Falimbani (Palembang, Nusantara), dan Syaikhah Fathimah binti Ya’qub Al Makki (Mekkah).
Lalu ada pula dari kitab Natsirul Jawahir Wad Duror Fil Ulamail Qurunir Rabi’ ‘Asyar karya Prof. Dr. Yusuf Ar Mar’ashli, profesor hadits, Fakultas Syari’ah Universitas Islam Beirut, yang memuat biogrfi ulama abad ke 14 H (19-20 M). Di dalamnya terdapat berbagai fakta sebagai berikut :
  1. Terdapat lebih dari 60 ulama asal Nusantara, beberapa ulama tersebut berasal dari Falimbani (Palembang).
  2. Beberapa ulama tersebut banyak berkiprah di dunia keilmuan Islam skala internasional dengan menjadi Syaikh, Khatib, Muallif, Katib, Dosen, Jurnalis, Musnid, dan lain-lain. Kiprah mereka sangat berpengaruh terhadap keilmuan Islam di dunia saat itu.
  3. Lebih dari 150 buah karya ulama Nusantara yang ditulis lalu diterbitkan di Mekkah, Kairo, Istanbul, Bombay, Singapura, Pattani dan Nusantara (Jawi).
Dalam kitab tersebut, juga disebutkan berbagai tokoh ulama Nusantara yang berasal dari Palembang, yaitu :
  1. Hasyim bin Kemas Al Falimbangi
  2. Muhammad Nur bin Abdullah Al Falimbangi
  3. Husain bin Abdurrahim Al Falimbangi
  4. Abdullah bin Azhuri Al Falimbangi
  5. Wahyudin bin Abdul Ghani Al Falimbangi
  6. Muhsin bin Al Musawwa Al Falimbangi
  7. Muhammad Muhkraruddin Al Falimbangi
Dari berbagai fakta tersebut, kita bisa menarik kesimpulan bahwa pertama, menandakan kajian keilmuan Islam terutama ilmu hadits, sudah berkembang sangat pesat di Palembang, menimbang dari banyaknya tokoh ulama Palembang yang menjadi rujukan para pengampu hadits. Kedua, menandakan bahwa Palembang sudah menjadi pusat keilmuan hadits di masa itu, terutama di Asia Tenggara, yang terkoneksi dengan berbagai pusat keilmuan Islam di daerah Nusantara lainnya.
Dengan fakta tersebut, semoga santri generasi sekarang lebih bersemangat untuk menghidupkan lagi kejayaan keilmuan keislaman di Nusantara, terkhusus santri dari Palembang.
Allahul muwaffiq ilaa aqwamith Thariiq.
Sumber : Disarikan dari desertasi Kyai Ginanjar Sy’ban, Pasca Sarjana UIN Raden Fatah tahun 2010. Penyusun, Fahmi Ali N H (Tim Sarkub)

PERBEDAAN SALAF, SALAFI & SALAFIYAH

Written By Rudi Yanto on Kamis, 01 Februari 2018 | 2/01/2018

PERBEDAAN SALAF, SALAFI & SALAFIYAH

Posted: Januari 26, 2018 in NGAJI ONLINE, SUNNAH - ADAB & NASIHAT, TAFSIR & QOUL ULAMA

Membicarakan makna “salaf” tidak hanya terpaku pada satu makna. Sebagaimana yang kita tahu bahwa Bahasa Arab itu memiliki banyak makna dalam satu kata bakunya yang jika dikembangkan ke berbagai wazan, maka artinya pun beda, begitu juga denga perbedaan harakat.
Istilah ini sejak dulu sudah digunakan di Indonesia, contohnya pesantren salafiyah yang berarti metodenya masih menggunakan metode salaf dalam proses menyalurkan pengetahuan, yaitu sorogan dan bandongan atau dalam istilah ilmu hadits yaitu tahammul wal ada’ via qira’ah ‘ala syaikh (murid membaca kepada guru) atau sima’ min syaikh (guru yang membaca dan murid yang mendengarkan).
Akhir-akhir ini pula banyak kelompok yang mendakwahkan dirinya sebagai pengikut salafi. Jika ada sebagian orang desa mendengar istilah itu, maka langsung terbersit makna pesantren salafiyah yang tersebar di desa mereka, atau santri-santri pondok tersebut, padahal yang dimaksud bukanlah itu.
Mengutip dari kitab Nazarat fi Jauharatit Tauhid (yang disusun oleh Dr Abdul Hamid Ali Izz Al-Arab, Dr Shalah Mahmud Al-‘Adily, dan Dr Ramadhan Abdul Basith Salim, ketiganya dosen Al-Azhar Mesir), kita perlu membedakan ketiga istilah di atas karena satu di antara tiga istilah itu berbeda dengan yang lainnya.
Adapun istilah “Salaf” yaitu para sahabat, tabi’in dan atba’it tabiin yang hidup sampai batas 300 H. Merekalah sebaik-baiknya generasi, sebagaimana termaktub dalam hadits nabi SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari dengan sanad dari Abdullah bin Mas’ud dari nabi SAW:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَجِئُ قَوْمٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمَيْنُهُ وَ يَمَيْنُهُ شَهَادَتُهُ
Artinya, “Sebaik-baik manusia adalah pada zamanku (sahabat), kemudian orang-orang setelah mereka (tabi’in), kemudian yang setelahnya lagi (atba’it tabi’in), kemudian akan datang suatu kaum yang persaksiannnya mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.”
Meskipun definisi mereka sampai batas 300 H, di sini ada catatan penting yaitu keselarasan mereka dengan Al-Quran dan Hadits. Jika hanya hidup pada rentang masa 300 H tetapi kontradiksi dengan kedua pedoman ini, maka tidak disebut sebagai salaf. Salah satu contohnya adalah sekte musyabbihah yang hidup pada masa itu.
Musyabbihah adalah kelompok tekstualis dalam membaca Al-Quran dan hadits yang meyakini bahwa Allah serupa dengan makhluk-Nya, yaitu memiliki anggota tubuh antara lain bertangan, berkaki, bermulut, bermata, dan seterusnya.
Adapun “salafi” adalah mereka (ulama maupun orang biasa) yang datang setelah 300 H dan dinisbahkan pada kaum salaf yang telah disebutkan di atas, juga menganut manhajnya (metode). Istilah ini dapat dikaitkan dengan semua orang yang yang mengikuti manhaj salaf, bahkan kita pun bisa, namun itu terjadi jika memang benar-benar perilaku dan manhajnya berdasarkan salaf, bukan hanya menyandang titel salafi tetapi perilakunya berbeda.
Terakhir adalah salafiyyah yang difondasikan dan disusun oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (728 H) dan muridnya Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah (751H) dari Al-Quran, Hadits, perbuatan serta perkataan ulama salaf dan mengodifikasikannya dalam bentuk kitab khusus dan prinsip yang tetap. Unsur-unsur dalam kitab kedua ulama itu memang sudah ada sebelumnya, namun masih berserakan terpisah, kemudian barulah dikumpulkan.
Setelahnya munculah Muhammad bin Abdil Wahhab (1206 H) yang menyebarkan apa yang disusun oleh kedua ulama tadi, Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahumallah di jazirah arab, ia berpegang teguh pada beberapa risalah dan ikhtisar yang dikutip dari kitab-kitab Ibnu Taimiyyah.
Mengutip dari kitab Nazarat fi Jauharatit Tauhid, terdapat catatan yang menurut saya penting dari perkataan salah seorang peneliti di dalam kitab Al-Fikrul Islamy Al-Hadits karya Dr Abdul Maqshud Abdul Ghani, “Jika kita membandingkan antara pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab dan Ibnu Taimiyyah dalam beberapa masalah akidah hampir keduanya sama dan tidak berbeda, kecuali Ibnu Taimiyyah telah merinci pendapatnya dan menguatkannya dengan dalil-dalil dan hujjah, serta membantah pendapat orang yang berseberangan dengannya dengan dalil dan sanad. Sedangkan Muhamad bin Abdul Wahhab hanya mennyebutkan keterangannya secara singkat saja.”
Hal yang menonjol dari ketiganya hanya dari segi waktu dan pijakan dalam berpegang pendapat, jika salafy itu memang orang-orang yang menisbahkan dirinya sebagai pengikut manhaj salaf atau Ahlussunah wal Jamaah, salafiyyah lebih condongnya disebut usaha regenerasi, meskipun dalam beberapa realitanya tidak begitu.
Sebagai warga Indonesia, banyak istilah naturalisasi dari bahasa lain yang kita gunakan di kehidupan keseharian secara umum, seperti tadi pondok pesantren salafiyah. Lagi-lagi kita harus mencermati suatu istilah berdasarkan makna, substansi, dan intisarinya. Jangan terpaku pada sisi zahirnya saja. Adakalanya suatu istilah berbeda antara praktik dan substansinya. Wallahu a’lam. (Amien Nurhakim)
Source: Nu.or.id

Sholat Khusuf/Gerhana Bulan , Masjid Al Musabbihin 31 January 2018

Sholat Khusuf  (Gerhana Bulan) , Masjid Al Musabbihin 31 January 2018



DKM Al Musabbihin , Mengadakan sholat gerhana bulan, 31 January 2018, dimana Gerhana bulan ini sendiri adalah suatu Fenomena langka  yang menurut para ahli terjadi 152 Tahun Sekali.

MAKNA TASYABBUH/MENYERUPAI

Written By Rudi Yanto on Jumat, 05 Januari 2018 | 1/05/2018

MAKNA TASYABBUH/MENYERUPAI

disadur dari : Grup Facebook :Nahdhatul Ulama

Jangan salah paham ya.....


SREEET==========

Masih ttg TASYABBUH yg lg nge trend saat ini : dibaca lagi, dipikir lagi kemudian di share ya....

Sudrun tahun barunan

Malam di tahun baru itu, sudrun kelihatan tdk spt biasanya. Sambil berselimut sarung di gardu pojok kampung tdk jauh dr rumah kyai Asmuni, Sudrun kelihatan murung. Kyai Asmuni yg baru turun dr mushola setelah menunaikan sholat isya pun menghampirinya.

“Knp kamu drun? Kok kelihatan jengkel begitu?”
“Tidak apa2 yai, hanya agak sedikit sedih saja”
“Lha kenapa? Bertengkar sm istrimu ya?”
“Kok yai tahu?” Jawab Sudrun dgn ekspresi kaget.
“Selimutan sarung itu tandanya kamu hbs berantem sm istrimu. Pintunya dikunci ya?” Tanya kyai asmuni sambil tersenyum.

Dan sambil tersenyum malu sudrun pun menganggukkan kepala.

“Knp kok pintunya dikunci?”
“Anu yai... istri dan anak saya ngajak keluar untuk tahun barunan, tp saya tdk mau yai..”
“Knp kamu tdk mau?”
“Lha kan haram yai..”
 Kyai asmuni pun tersenyum kecil mendengar jawaban sudrun.

“Lha kalau gitu sana ajak istri dan anakmu bajar jagung atau bakar ikan, biar anakmu senang dan istrimu tdk marah lagi”
“Tidak yai, katanya bakar2 juga haram..”
“Lha kok bakar2 haram, alasannya apa?”
“Katanya TASYABBUH sm orang kafir bisa menjadikan kita berdosa, jd drpd saya kena dosa mjd kafir lbh baik saya di kunci pintu..”
“Oalahhhh... katanya santri, guru madrasah ibtidai’yah lha kok stres kyk gini. Ya sudahlah kalau kamu mau selimutan sarung di gardu sampe besok pagi, ya gak pa2..” Jawab kyai asmuni.

Kyai asmuni pun melangkahkan kaki diatas bakiak kesayangan menuju rumah beliau... dan sudrun hanya bisa bengong melihat kyai asmuni meninggalkannya sendirian di gardu pojok kampung itu. Hingga tdk lama kemudian sudrun mulai bergegas memakai sandal jepit Lily yg di bawanya untuk mengikuti kyai asmuni menuju rumah beliau.

SREEET__________

Begitu sampai di rumah kyai asmuni, sudrun pun duduk di kursi kayu tua yg berada di teras rumah beliau. Dan setelah berganti pakaian, kyai asmuni duduk menemani sudrun sambil menyalakan rokok kobot kesayangannya spt biasa.

“Sudah bosan di gardu drun?” Tanya kyai asmuni
Sudrun pun hanya bisa menjawab dgn Anggukan sambil tersenyum kecil.

“Kamu dengar haram itu drmn?”
“Dari kabar berita yai..”
“Siapa yg memberi kabar?”
“ ya.... ustad2 yg ada di Fb yai..”
“Kamu sudah pernah ktemu sm ustad Fb itu? Gurunya siapa? Pernah mondok diman? Sedalam apa ilmunya?”
“Hehehe.... belum yai”

Jawab sudrun sambil tersenyum. Setelah menghisap rokok kobotnya dalam2, kyai asmuni pun melanjutkan bicaranya.

“Oalahhhh..... ya kyk gini pada akhirnya kalau ada HP lbh pintar drpd yg punya HP. Tapi ya mmg harus maklum, anak sekarang suka micin semua. Gara2 Fb dan wa, gurunya sendiri yg mengajar alif ba’ ta tdk diperhatikan, kyai yg sudah mengajarkan ilmu agama dilupakan, lbh suka sm ustad dadakan di Fb yg jelas tdk arahnya malah dibela. Ustad yg tdk jelas asal usul ilmunya malah di dengarkan. Hanya karena suka dgn penampilan yg memukau. Padahal tahunya cuma dr Fb....

Sudrun pun hanya bengong mendengar ucapan kyai asmuni sambil bergumam “betul sekali yai... kidz zaman now yai..” dan sudrun yg berkecamuk pertanyaan seputar perayaan tahun baru akhirnya memberanikan diri untuk bertanya kepada kyai asmuni.

SREET______

“Maaf yai.... Apakah benar kalau TASYABBUH dgn orang kafir itu hukumnya haram spt ucapan ustad2 di dunia maya yai?”

Mendengar pertanyaan sudrun, kyai asmuni kembali minum kopi yg sudah tampak dingin setelah menghisap rokok kobot beliau.

“Di madrasahmu memakai kalender Hijriyah atau Masehi?”
“Masehi yai...” jawab sudrun sambil tersenyum.
“Lhaa Masehi itu kalendar Islam atau bukan?”

Sudrun pun mulai mengerutkan keningnya sambil berfikir keras. Melihat itu kyai asmuni pun melanjutkan ucapannya.

“Sekarang bagaimana dgn anakmu, memakai celana, istrimu memakai BH, kamu sendiri memakai celana, apa tidak meniru orang kafir? BH dan celana dalam itu asalnya dr orang kafir juga. Tapi TASYABBUH jenis itu hukumnya wajib. Drpd anakmu tdk pakai celana akhirnya burungnya kemana2, payudara istrimu juga melorot semua, kamu kalau tdk mau pake celana pas mengajar di MI apa cuma mau pakai sarung saja, dalamnya plong2an?”

Kyai Asmuni pun menyela pembicaraan dengan minum kopi sambil melihat Sudrun yg tertawa kecil sambil menutup mulut karena malu.

Kamu lihat masjid desa, masjid Jami’? Itu kubahnya bulat meniru bangunan gereja di Eropa. Menara masjid yg diatas yg buat tempat speaker adzan itu juga meniru persis tempat api buat sembahan orang Majusi. Tapi TASYABBUH itu bagus dan digalakkan.

Sudrun yg dr td mendengar sambil bengong pun bertanya.

“Tapi kok bisa ya TASYABBUH dgn orang kafir Lgs dibilang haram yai?”

Kyai Asmunipun menghisap rokok beliau sejenak dan kemudian melanjutkan penjelasannya.

SREEEET________

لكل مقال مقام ولكل مقام مقال
"Halal haram itu ada illat dan sebab, tdk serta merta Allah memberi label. Makanya jangan disma rata harus dipahami maknanya, sebab setiap hukum ada alasannya, setiap ucapan ada konteksnya, dan setiap perbuatan ada niat dan tujuannya..”

Setelah menghisap rokok kobotnya kyai Asmuni pun berkata.....

من تشبه بقوم فهو منهم
“Inti ajaran penjelasan td, perbuatan jelek jgn ditiru, biar tdk ikut jelek. Perbuatan haram jgn sampe dijalani biar tdk berdosa, tapi perbuatan mubah jgn sampai dikatakan haram kala perbuatan tsb tdk membawa mudhorot pada diri kita. Apa gara2 libur tahun baru kita mjd Nasrani? Apa gara2 meniup terompet istrimu jd Yahudi? Apa gara2 anakmu menyalakan mercon jd orang Majusi?”
“Ya tidak yai..” jawab Sudrun sambil senyum.

“Walaupun lbh bagus lg kalau tahun baru kita dzikir dirumah biar tdk boros, tp ketika kamu mengajak istri dan anakmu jalan2 kuliner malam tahun baru membeli cilok di alun2, dengan niat menuruti keinginan istri untuk merawat cinta kasih apakah itu sebuah dosa, menyenangkan istri? Kuliner beli cilok juga hukumnya mubah, apalg cuma sekedar bakar2an jagung..”

SREEET_______

Mendengar jawaban itu Sudrun langsung bergegas beranjak kedepan kyai Asmuni lalu mengambil tangan beliau dan menciumnya. Kyai Asmunipun berkata...

“Lha kamu Knp kok buru2 pamit, mau kemana?”
“Mau menyenangkan anak istri mumpung baru jam 8 lebih, drpd nanti tidur di gardu gara2 saya dikunci pintu sama istri mending jalan2 cari cilok atau cari jagung bakar yai..”
“Terus gak jd dzikir di gardu?”
“Dzikir ttp yai Asmuni saja... mohon maaf yai..hehhehe”
“ ya sudah sana, jgn lupa nanti istrimu diajak sholat tahajud, awas jgn lupa sholat subuhnya ya....”
“Beres yai....”

Sudrun pun bergegas meninggalkan kyai Asmuni yg masih duduk di kursi sambil memegang rokok kobot kesayangannya.
 
Contact Support: Twitter | Facebook
Copyright © 2012. AL-MUSABBIHIN - All Rights Reserved
Published by TakadaTapiono Creative