Home » » Penelitian Ilmiah Barat Penyembelihan Hewan Secara Islam

Penelitian Ilmiah Barat Penyembelihan Hewan Secara Islam

Written By Rudi Yanto on Kamis, 10 September 2015 | 9/10/2015

Masya Allah, semakin Maju Penelitian Ilmiyah Semakin Membuktikan Kebenaran Islam. Jelang Hari Raya Idul Adha atau hari raya kurban, jangan pernah makan daging sapi tanpa disembelih, ternyata syariat Islam ini membuat orang barat terkejut.
Simak penelitian ini;
1. Rasulullah tak pernah belajar cardiology tapi syari’atnya membuktikan penelitian ilmu modern.
2. Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: Manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?
3. Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.
4. Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.
5. Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.
6. Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.
7. Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati.
Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!
8. Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa hal sebagai berikut:
Penyembelihan Menurut Syariat Islam Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:
Pertama, Pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
Kedua, Pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
Ketiga, Setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol).
Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
Keempat, Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
Penyembelihan Cara Barat
Pertama, segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).
Kedua, segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).
Ketiga, Grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.
Keempat, Karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.
Bukan Ekspresi Rasa Sakit!
Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri.
Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar…! Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras).  Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu. Subhanallah…

Penyakit sapi gila (Mad Cow) bisa menular ke manusia
Inggris dan Perancis adalah 2 jawara produsen (eksportir) daging sapi terbesar di dunia dan selalu saja terjadi perang dagang di antara keduanya. Menurut orang Inggris, pedagang Perancis bermain curang. Mereka mengirimkan suatu virus mematikan yang bisa menular antar ternak dan berpotensi menular ke manusia.
Virus tersebut disebut Bovine Spongioform Enchephalopathy (BSE) yang sering pula disebut sebagai Virus Sapi Gila atau di negara asalnya lebih dikenal dengan istilah Mad Cow. David Schardt, ahli gisi dari Center for Science in the Public Interest (CSPI) Amerika, melaporkan bahwa ada beberapa daging beef steak dan hamburger yang dimakan orang Amerika saat ini yang mengandungmateri/bagian otak. Apabila otak yang tercemar virus BSE ini dimakan oleh manusia, maka sangatlah mungkin orang tersebut tertular penyakit ini.
Para ahli bekerja keras menelusuri asal muasal kisah material otak tersebut bisa sampai ke daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa material/jaringan otak tersebut dapat sampai ke daging sebagai akibat proses pemingsanan (stunning) sebelum disembelih. Sebagaimana pernah diberitakan Kantor Berita Inggris – Reuter, bahwa pada saat di-stunning, otak yang semula compact pecah selaputnya karena getaran dan tekanan yang sangat hebat.
Akibat pemukulan tersebut, jaringan otak goyah, sehingga banyak material jaringan otak yang pecah berhamburan. Material otak tersebut kemudian terbawa darah mengalir menuju beberapa organ tubuh.
CSPI juga menyebutkan bahwa peneliti di Universitas Texas A&M dan Canada’s Food Inspection Agency (Badan Pemeriksa Makanan Kanada) menemukan kenyataan bahwa metode yang dikenal sebagai Pneumatic Stunning dapat mengakibatkan pecahnya jaringan otak dan terbawa dalam sistem jaringan tubuh sapi.
Lebih lanjut Tam Garlan, ahli Bidang Kedokteran Hewan dari Universitas Texas A&M menyatakan di CSPI’s July Newsletter, bahwa pneumatic stunning tersebut mengakibatkan partikel mikroskopis jaringan otak pecah dan serpihannya terbawa oleh darah ke paru-paru, hati, serta beberapa organ tubuh lainnya.
Bagaimana dengan penyembelihan sesuai Syari’at Islam?
Leila Corcoran (BICNews, 25 Juli 1997) menulis suatu artikel yang berjudul Cattle Stun Gun May Heighten “Madcow” Risk (Senjata Pemingsan Sapi dapat Meningkatkan Resiko Penularan Penyakit ’Sapi Gila’).
Beliau menyimpulkan bahwa tidak ada lagi yang meragukan bahwa metode penyembelihan (tanpa pemingsanan) lebih baik dibandingkan cara yang lain. Metode ini ditetapkan di dalam Al Qur’an. Allah adalah Pencipta Kitab Suci Al-Qur’an dan Allah SWT sangat mengerti apa yang terbaik bagi kita! Sebagai hamba yang beriman, kita harus yakin dengan Syari’at Islam dan tiada keraguan di dalamnya (QS. Al Baqoroh: 2).
Sumber : http://atelandtick.blogspot.com/2013/02/penyembelihan-secara-syariat-islam


Simak di: http://www.sarkub.com/2015/penelitian-ilmiah-barat-penyembelihan-hewan-secara-islam/#ixzz3lIrztkq7
Powered by Menyansoft
Follow us: @T_sarkubiyah on Twitter | Sarkub.Center on Facebook
Share this article :
 
Contact Support: Twitter | Facebook
Copyright © 2012. AL-MUSABBIHIN - All Rights Reserved
Published by TakadaTapiono Creative