Written by Tim Sarkub
Beliau adalah seorang ulama yang juga sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al Husna di Jalan Raya M. Toha No 51 Rt 02 Rw 02 Km 4,5 Priuk Jaya Tangerang Banten. Ditemui saat wawancara di Masjid Jami Kota Malang, Beliau mengaku senang ketika mendarat di Kota Malang ini, karena di samping untuk memenuhi undangan sebagai penceramah di Majelis Maulid Wa Ta lim Riyadlul Jannah, Beliau juga ada jadwal bersilaturahim ke sejumlah Habaib dan guru guru Beliau di sini, lebih lebih, sambutan ummat Islam di Malang menjadi kesan tersendiri bagi beliau.
Beberapa hari berada di Malang, waktu yang terbatas ini tidak disia siakan oleh KH. Thobary. Agendanya cukup padat. Sebelum mengisi di Majelis Maulid Wa Ta lim Riyadlul Jannah pada hari Sabtu malam, pada hari Jum atnya, Beliau mengisi khutbah jum at di Masjid Sabilillah Malang, kemudian malamnya ba dal Maghrib hingga isya mengisi tausiyah di Masjid Agung Jami Kota Malang. Ahad pagi, Beliau berkunjung ke Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Sebelum berangkat ke Tebu Ireng, Beliau pun menyempatkan diri untuk berziarah ke beberapa makam para wali dan haba ib di Kota Malang. Banyak rangkaian tempat yang harus saya kunjungi setelah acara Riyadlul Jannah . Begitu ungkapan KH. Thobary yang pada 1 Juni 2013, beliau pun juga akan bertolak ke Balikpapan Kalimantan Timur untuk menyampaikan materi seputar Ilmu Falaq di bidang perhitungan menentukan awal bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah 2013.
Salafiyah Club
Di samping kesibukannya sebagai penceramah dan pengasuh Pondok Pesantren Al Husna di Tangerang Banten, Kyai Thobary juga diberi amanah sebagai ketua Lajnah Falaqiyah PWNU Provinsi Banten, ketua Lajnah Falaqiyah PCNU Kota Tangerang, Anggota tim fatwa dan hukum MUI Kota Tangerang, sebagai pengurus di Dewan Masjid Indonesia Kota Tangerang, pengurus di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur an, pengurus Masjid Raya Al Ahzab, sekaligus anggota tim Nasional Kementrian Agama dan ada beberapa jabatan lagi yang Beliau emban.
Sejak kecil hingga dewasa KH. Thobary memang akrab dengan pendidikan dan kegiatan agama. Di samping latar belakangnya sebagai cucu dari Syekh Nawawi Al Bantani. Selama Tholabul Ilmi KH. Thobary As Syadily, juga mengenyam pendidikan formal. Pendidikannya dilalui di Madrasah Ibtidaiyah MI , Madrasah Tsanawiyah Negeri MTsN , madrasah Aliyah MA hingga kuliah.
Di samping kesibukannya sebagai penceramah dan pengasuh Pondok Pesantren Al Husna di Tangerang Banten, Kyai Thobary juga diberi amanah sebagai ketua Lajnah Falaqiyah PWNU Provinsi Banten, ketua Lajnah Falaqiyah PCNU Kota Tangerang, Anggota tim fatwa dan hukum MUI Kota Tangerang, sebagai pengurus di Dewan Masjid Indonesia Kota Tangerang, pengurus di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur an, pengurus Masjid Raya Al Ahzab, sekaligus anggota tim Nasional Kementrian Agama dan ada beberapa jabatan lagi yang Beliau emban.
Sejak kecil hingga dewasa KH. Thobary memang akrab dengan pendidikan dan kegiatan agama. Di samping latar belakangnya sebagai cucu dari Syekh Nawawi Al Bantani. Selama Tholabul Ilmi KH. Thobary As Syadily, juga mengenyam pendidikan formal. Pendidikannya dilalui di Madrasah Ibtidaiyah MI , Madrasah Tsanawiyah Negeri MTsN , madrasah Aliyah MA hingga kuliah.
Disamping belajar formal, Kyai Thobary juga pernah menimba ilmu di beberapa Pondok Salafiyah yang saat itu dikenal dengan istilah Salafiyah Club yang khusus membahas Kitab kitab Kuning. Seperti di Pondok Pesantren Pantar Gedang Kecamatan Ciberem Tasikmalaya untuk mendalami Ilmu Shorof, di Pondok Pesantren Riyadul Alqiyah, Sadang Garut Jawa Barat yang juga untuk mendalami ilmu Shorof khususnya Nahwu, di Pondok Pesantren Darul Hikam Ciberem Sukabumi Jawa Barat untuk mendalami ilmu mantik dan Balaghoh serta ilmu Maf ulat, di Pondok Pesantren Darul Ahkam Padarejang Serang Banten untuk mendalami ilmu Fiqih khususnya Fathul Mu in, di Pondok Pesantren Mursidul Falah Kampung Sawah Rengasdengklok Karawang Jawa Barat untuk mendalami ilmu Tauhid dan ilmu Usul Fiqih, dan Pondok Pesantren di Jawa Timur, seperti di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang selama 5 tahun.
Dakwah Dunia Maya
Selain pendidikan agama, KH. Thobary As Syadily juga pernah menimba ilmu dijenjang yang lebih tinggi khususnya ilmu formal. Beliau pernah kuliah di UNDAR jurusan Hubungan Internasional, dan di Fakultas FISIP yang juga sama sama jurusan Hubungan Internasional. Beliau lulus setelah menyelesaikan skripsinya yang berjudul Politik Luar Negeri Amerika Serikat dalam Penyelesaian Damai Palestina Pasca Perang Dingin. Penelitian ini dilakukannya di CIS Center strategic and International Studies di Tanah Abang Jakarta Pusat.
Selain pendidikan agama, KH. Thobary As Syadily juga pernah menimba ilmu dijenjang yang lebih tinggi khususnya ilmu formal. Beliau pernah kuliah di UNDAR jurusan Hubungan Internasional, dan di Fakultas FISIP yang juga sama sama jurusan Hubungan Internasional. Beliau lulus setelah menyelesaikan skripsinya yang berjudul Politik Luar Negeri Amerika Serikat dalam Penyelesaian Damai Palestina Pasca Perang Dingin. Penelitian ini dilakukannya di CIS Center strategic and International Studies di Tanah Abang Jakarta Pusat.
Dilihat dari latar belakang keluarga dan beberapa latar pendidikan serta ilmunya yang mumpuni, KH.Thobary memang patut disejajarkan dengan beberapa para alim ulama lainnya. Eksistensi dunia dakwah yang beliau tanamkan dalam hati sejak kecil, tidak hanya terlihat dalam dakwahnya di beberapa kota di tanah air, di pondok pesantren yang ia asuh, tetapi juga kepada khalayak umum khususnya anak muda lewat media dakwah social internet Facebook, Twitter dll. Langkah ini Beliau tempuh juga sebagai upaya untuk membendung bahaya wabah wahabi yang semakin berkembang di dunia maya. Dengan berbagai postingan dan kalam kalam yang berkaitan dengan Ahlussunnah Wal Jama ah, diharapkan orang awam khususnya anak muda, akan lebih memfilter diri agar tidak menyimpang dari ajaran para ulama dan Shalafus Sahlih.
Di singgung mengenai perbedaan Syeikh Nawawi Al Bantani dan Syeikh Abdul Karim di masa perjalanan dakwahnya, KH.Thobary As Syadily menjelaskan bahwa Syeikh Nawawi Al Bantani lebih memegang kitab kitab klasik, sedangkan Syeikh Abdul Karim lebih mengembangkan thoriqoh yang dianutnya, yakni Thoriqoh Naqsyabandiyah. Keduanya sama sama memegang peranan penting dalam menyelamatkan aqidah Ahlussunnah Waljamaah untuk membentengi ummat dari faham Wahabi.
Sebagai anjuran agar tidak adanya kepunahan dan melestarikan kitab kitab klasik, KH.Thobary menganjurkan untuk bisa men scan beberapa kitab klasik Aswaja yang asli seperti kitab kitab Tauhid. Contohnya kitab Fathul Majid, Aqidatul Awam, Fathul Awam, Akhsanusyiyah dll untuk bisa dipelajari kepada orang awam khususnya anak anak muda di Malang. Karena dengan membaca dan mempelajari beberapa kitab klasik yang asli tersebut, maka pemuda pemuda Aswaja akan mempunyai bekal ilmu yang banyak untuk menangkis faham Wahabi, sebab belajar tidak hanya mendengar, tapi juga harus mempunyai pegangan sebagai pendukung untuk melawan faham tersebut seperti pegangan beberapa kitab klasik yang dimilikinya.
Disadur oleh Tim Sarkub dari Tabloid Media Ummat Edisi 161 Tahun 2013
Simak di: http://www.sarkub.com/2013/kh-thobary-syadzily-mengawal-aswaja-sampai-dunia-maya/#ixzz2ZI13GGHD
Salam Aswaja by Tim Menyan United
Follow us: @T_sarkubiyah on Twitter | Sarkub.Center on Facebook