MASJID AL-MUSABBIHIN

MASJID AL-MUSABBIHIN
Sumber Dakwah dan Informasi DKM AL-MUSABBIHIN PERUM KOMPAS INDAH TAMBUN
Latest Post

MAKNA SYI'IR TANPO WATON

Written By Rudi Yanto on Kamis, 08 November 2018 | 11/08/2018



Astagfirullah robbal baroya Astagfirulloh minal khotoya
Robbi zidni `ilmannaafii’a Wawaffikni `amalan sholiha
Yaa rosulallah salammun’alaik Yaa rofi’asaaniwaddaaroji
Atfatayaji rotall `aalami Yauhailaljuu diwaalkaromi

Ngawiti ingsun nglaras syi’iran (aku memulai menembangkan syi’ir)
Kelawan muji maring Pengeran (dengan memuji kepada Tuhan)
Kang paring rohmat lan kenikmatan (yang memberi rohmat dan kenikmatan)
Rino wengine tanpo pitungan 2X (siang dan malamnya tanpa terhitung)

Duh bolo konco priyo wanito (wahai para teman pria dan wanita)
Ojo mung ngaji syareat bloko (jangan hanya belajar syari’at saja)
Gur pinter ndongeng nulis lan moco (hanya pandai bicara, menulis dan membaca)
Tembe mburine bakal sengsoro 2X (esok hari bakal sengsara)

Akeh kang apal Qur’an Haditse (banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya)
Seneng ngafirke marang liyane (senang mengkafirkan kepada orang lain)
Kafire dewe dak digatekke (kafirnya sendiri tak dihiraukan)
Yen isih kotor ati akale 2X (jika masih kotor hati dan akalnya)

Gampang kabujuk nafsu angkoro (gampang terbujuk nafsu angkara)
Ing pepaese gebyare ndunyo (dalam hiasan gemerlapnya dunia)
Iri lan meri sugihe tonggo (iri dan dengki kekayaan tetangga)
Mulo atine peteng lan nisto 2X (maka hatinya gelap dan nista)

Ayo sedulur jo nglaleake (ayo saudara jangan melupakan)
Wajibe ngaji sak pranatane (wajibnya mengkaji lengkap dengan aturannya)
Nggo ngandelake iman tauhide (untuk mempertebal iman tauhidnya)
Baguse sangu mulyo matine 2X (bagusnya bekal mulia matinya)

Kang aran sholeh bagus atine (Yang disebut sholeh adalah bagus hatinya)
Kerono mapan seri ngelmune (karena mapan lengkap ilmunya)
Laku thoriqot lan ma’rifate (menjalankan tarekat dan ma’rifatnya)
Ugo haqiqot manjing rasane 2 X (juga hakikat meresap rasanya)

Al Qur’an qodim wahyu minulyo (Al Qur’an qodim wahyu mulia)
Tanpo tinulis biso diwoco (tanpa ditulis bisa dibaca)
Iku wejangan guru waskito (itulah petuah guru mumpuni)
Den tancepake ing jero dodo 2X (ditancapkan di dalam dada)

Kumantil ati lan pikiran (menempel di hati dan pikiran)
Mrasuk ing badan kabeh jeroan (merasuk dalam badan dan seluruh hati)
Mu’jizat Rosul dadi pedoman (mukjizat Rosul(Al-Qur’an)
jadi pedoman)
Minongko dalan manjinge iman 2 X (sebagai sarana jalan masuknya iman)

Kelawan Alloh Kang Moho Suci (Kepada Alloh Yang Maha Suci)
Kudu rangkulan rino lan wengi (harus mendekatkan diri siang dan malam)
Ditirakati diriyadohi (diusahakan dengan sungguh-sungguh secara ihlas)
Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X (dzikir dan suluk jangan sampai lupa)

Uripe ayem rumongso aman (hidupnya tentram merasa aman)
Dununge roso tondo yen iman (mantabnya rasa tandanya beriman)
Sabar narimo najan pas-pasan (sabar menerima meski hidupnya pas-pasan)
Kabeh tinakdir saking Pengeran 2X (semua itu adalah takdir dari Tuhan)

Kelawan konco dulur lan tonggo (terhadap teman, saudara dan tetangga) Kang podho rukun ojo dursilo (yang rukunlah jangan bertengkar)
Iku sunahe Rosul kang mulyo (itu sunnahnya Rosul yang mulia)
Nabi Muhammad panutan kito 2x (Nabi Muhammad tauladan kita)

Ayo nglakoni sakabehane (ayo jalani semuanya)
Alloh kang bakal ngangkat drajate (Allah yang akan mengangkat derajatnya)
Senajan asor toto dhohire (Walaupun rendah tampilan dhohirnya)
Ananging mulyo maqom drajate 2X (namun mulia maqam derajatnya di sisi Allah) 

Lamun palastro ing pungkasane (ketika ajal telah datang di akhir hayatnya)
Ora kesasar roh lan sukmane (tidak tersesat roh dan sukmanya)
Den gadang Alloh swargo manggone (dirindukan Allah surga tempatnya)
Utuh mayite ugo ulese 2X (utuh jasadnya juga kain kafannya).... Yarosulalloh salammun’alaik Yaarofi’asaaniwaddaaroji Atfatayaji rotall `aalami Yauhailaljuu diwaalkaromi

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW , Masjid Al Musabbihin 1440 H


Palembang Sebagai Pusat Keilmuan Islam Nusantara

Written By Rudi Yanto on Rabu, 07 November 2018 | 11/07/2018

Kalau kita membaca karya-karya yang membahas tentang jaringan ulama Nusantara terutama abad ke 18 hingga awal 20 masehi, kita akan menemukan begitu banyak nama ulama Nusantara yang berasal dari Palembang. Tentu hal ini menjadi hal yang menarik untuk disimak, sejauh mana pengaruh para ulama Palembang tersebut terhadap perkembangan keilmuan Islam, terutama ilmu hadits ini. Seperti kita tahu, zaman keemasan jejaring ulama Nusantara, seperti yang disebutkan Prof. Azyumardi Azra dalamdesertasinya, adalah sekitar abad 18 hingga awal abad 20. Sepanjang masa itu, para ulama Nusantara ikut menjadi pioneer ulama di bidang keilmuan masing-masing yang pusatnya berada di Haromain. Dan dalam ilmu hadits, kebanyakan para mualif (pengarang kitab) tidak lupa mengambil sanad dari para ulama Nusantara, terutama ulama Palembang.
Disebutkan dalam Qurrotu ‘Ainil Muhtaj Fi Syarhi Muqaddimati Shohih Al Imam Muslim bin Al Hajaaj karya Syaikh Muhammad bin Ali bin Adam bin Musa Al Ithyubi, bahwa penulis mengambil sanad “Kitab Shohih Muslim” dari beberapa ulama Nusantara terlebih kebanyakan ulama Palembang. Beberapa ulama Palembang tersebut adalah :
  1. Syaikh Muhammad bin Kenan Al Falimbangi, guru dari Syaikh Nawawi bin Umar Al Bantani
  2. Syaikh Abdus Shomad Al Falimbangi, wafat 1203 H/ 1788 M
  3. Syaikh Aqib bin Hasanuddin Al Falimbangi
  4. Syaikh Hasanuddin bin Ja’far Al Falimbangi, murid dari Imam ‘Id bin Ali Al Namrasi Al Mishri (w. 1140 H/ 1727 M), seorang ulama besar abad 12 H/ 18 M
Hal ini menjadi fakta bahwa ulama Nusantara terutama ulama Palembang , sudah berkiprah dan menjadi musnid bertaraf internasional sejak paruh pertama abad ke 12 H atau 18 M.
Ada pula fakta lain merujuk pada riset yang bertajuk Daurun Nisaa’ Fil ‘Inaayati Bis Shohihaini (riwaayat) Minal Quruunir Robii’ Hijri Hattal Quruuni Robi’ ‘Isyril Hijri (Peran Perempuan DalamMelestarikan Kitab Shahih Bukhari-Muslim [Dengan Transmisi] Sejak Abad ke-4 hingga 14 H), karya Shafiyya Idris Fallata dari Universitas Jordan, tahun 2010. Dari riset tersebut ditemukan data penting lainnya, yaitu :
  1. Salah satu dari sedikit ulama perempuan yang disebutkan di buku tersebut (ulama perempuan ahli hadits sepanjang abad ke-4 H sampai 14 H) adalah seorang ulama perempuan asal Nusantara, tepatnya dari Palembang. Ulama perempuan tersebut adalah Syaikhah Fathimah, puteri dari Syaikh ‘Abdus Shamad al-Falambani.
  2. Syaikhah Fathimah adalah satu dari tiga ulama perempuan ahli hadits di abad ke-14 H (19 M). Ketiga ulama perempuan ahli hadits tersebut adalah : Syaikhah Ummatullah binti Abdul Ghani Al Dahlawi (Delhi, India), Syaikhah Fathimah binti Abdus Shamad Al Falimbani (Palembang, Nusantara), dan Syaikhah Fathimah binti Ya’qub Al Makki (Mekkah).
Lalu ada pula dari kitab Natsirul Jawahir Wad Duror Fil Ulamail Qurunir Rabi’ ‘Asyar karya Prof. Dr. Yusuf Ar Mar’ashli, profesor hadits, Fakultas Syari’ah Universitas Islam Beirut, yang memuat biogrfi ulama abad ke 14 H (19-20 M). Di dalamnya terdapat berbagai fakta sebagai berikut :
  1. Terdapat lebih dari 60 ulama asal Nusantara, beberapa ulama tersebut berasal dari Falimbani (Palembang).
  2. Beberapa ulama tersebut banyak berkiprah di dunia keilmuan Islam skala internasional dengan menjadi Syaikh, Khatib, Muallif, Katib, Dosen, Jurnalis, Musnid, dan lain-lain. Kiprah mereka sangat berpengaruh terhadap keilmuan Islam di dunia saat itu.
  3. Lebih dari 150 buah karya ulama Nusantara yang ditulis lalu diterbitkan di Mekkah, Kairo, Istanbul, Bombay, Singapura, Pattani dan Nusantara (Jawi).
Dalam kitab tersebut, juga disebutkan berbagai tokoh ulama Nusantara yang berasal dari Palembang, yaitu :
  1. Hasyim bin Kemas Al Falimbangi
  2. Muhammad Nur bin Abdullah Al Falimbangi
  3. Husain bin Abdurrahim Al Falimbangi
  4. Abdullah bin Azhuri Al Falimbangi
  5. Wahyudin bin Abdul Ghani Al Falimbangi
  6. Muhsin bin Al Musawwa Al Falimbangi
  7. Muhammad Muhkraruddin Al Falimbangi
Dari berbagai fakta tersebut, kita bisa menarik kesimpulan bahwa pertama, menandakan kajian keilmuan Islam terutama ilmu hadits, sudah berkembang sangat pesat di Palembang, menimbang dari banyaknya tokoh ulama Palembang yang menjadi rujukan para pengampu hadits. Kedua, menandakan bahwa Palembang sudah menjadi pusat keilmuan hadits di masa itu, terutama di Asia Tenggara, yang terkoneksi dengan berbagai pusat keilmuan Islam di daerah Nusantara lainnya.
Dengan fakta tersebut, semoga santri generasi sekarang lebih bersemangat untuk menghidupkan lagi kejayaan keilmuan keislaman di Nusantara, terkhusus santri dari Palembang.
Allahul muwaffiq ilaa aqwamith Thariiq.
Sumber : Disarikan dari desertasi Kyai Ginanjar Sy’ban, Pasca Sarjana UIN Raden Fatah tahun 2010. Penyusun, Fahmi Ali N H (Tim Sarkub)
 
Contact Support: Twitter | Facebook
Copyright © 2012. AL-MUSABBIHIN - All Rights Reserved
Published by TakadaTapiono Creative